Minggu, 11 Mei 2008

UN dan Generasi Pembohong

Bulan April dan Mei merupakan bulan yang sangat ditakuti oleh elemen- elemen masyarakat pendidikan. Siswa, guru, kepala sekolah, pejabat pendidikan di daerah maupun di pusat. Semuanya menjadi sibuk oleh makhluk yang datang pada bulan tersebut, UN (UJIAN NASIONAL). Standar kelulusan UN-lah yang sedang membuat mereka menjadi paranoid. Apalagi untuk Ujian Nasional tahun ini ada 3 mata pelajaran tambahan bagi SMA, dan pelajaran tambahan tersebut justru pelajaran-pelajaran yang dianggap sulit oleh sebagian besar siswa di Indonesia.

Yang menarik dari UN bagi saya yang juga GURU di sebuah sekolah, adalah serba-serbi dibalik UN itu sendiri. Banyak cerita yang justru membuat hati saya miris membayangkan wajah pendidikan Indonesia sekarang dan yang akan datang. Ada satu hal yang (mungkin) sudah menjadi kebiasaan di sebagian (besar?)sekolah dalam menghadapi dan menjalani UN. TIM SUKSES. Ternyata bukan di PILKADA saja ada tim sukses-suksesan seperti ini, sekolah-sekolah pun tidak mau ketinggalan. Informasi yang saya dapat insya Allah shahih karena, walaupun tahun ini tidak menjadi pengawas, selama 4 tahun UN dengan sistem ini saya menjadi salah astu yang terlibat sebagai pengawas dan panitia, dan juga isteri saya pun seorang guru dan salah satu pengawas ujian di SMP, SHAHIH bukan?

Tim ini (katanya) bertugas untuk memperkecil angka ketidaklulusan di sekolahnya atau bahkan kalo bisa menihilkan ketidaklulusan, apapun cara yang harus ditempuh. Cara-cara itu diantaranya:
- Mencari soal lebih dari pengawas didalam kelas untuk diisi di ruang lain.
- Jawaban (kunci) nya disimpan ditempat yang sudah ditentukan dan diketahui siswa tentunya, salah satunya WC sekolah.
- Jawaban juga bisa ditransfer lewat sms dari guru yang sedang mengawas di sekolah lain ke teman guru yang menjadi panitia di sekolahnya.
- Atau mengganti jawaban siswa-siswa yang lemah setelah pengumpulan dari pengawas dan sebelum di setor ke rayon.

Hal-hal diatas adalah sebagian kecil serba-serbi UN yang justru dilakukan oleh guru yang selama ini digugu dan ditiru, menjadi panutan siswanya, role model di masyarakat dan hal-hal mulia lainnya yang menempel di sosok guru.

Secara tidak langsung justru kita sedang menciptakan generasi PEMBOHONG, generasi SHORTCUT, maka jangan heran kalo di masa depan kita akan melihat KORUPTOR-KORUPTOR yang sedang belajar dari kita hari ini.

Wassalam,
Guru yang prihatin

Senin, 14 April 2008

Film Fitna, Reaksi Dari Sebuah Aksi

Geert Wilders, sebuah nama yang terkenal akhir-akhir ini di seluruh dunia. Apapun yang ada di belakang maksud aksinya dari mulai pembuatan sampai penyebaran film Fitna, berhasil menjadikan dirinya sosok yang awalnya tidak dikenal menjadi orang yang paling diperbincangkan di dunia, terutama masyarakat muslim dunia. Apa yang ada di benak saya pertama kali mungkin sama dengan saudara-muslim lainnya atau juga saudara-saudara non-muslim yang memahami arti hidup berdampingan; kaget, marah, geram dan perasaan-perasaan negatif lainnya.

Tetapi setelah melihat film Fitna, perasaan-perasaan negatif tadi perlahan berkurang. KENAPA mesti nonton film itu? KENAPA kok tidak marah lagi? dan mungkin KENAPA-KENAPA lainnya.

Kenapa mencari dan akhirnya nonton film Fitna? Untuk memahami seseorang atau sesuatu kita harus tahu atau mengenal siapa dan apa seseorang dan sesuatu itu. Dari sana kita bisa belajar dan tahu segala sesuatu tentang hal tersebut. Dalam kasus film Fitna, kita bisa tahu isi filmnya (pasti), latar belakang adanya film itu, tujuan dibuatnya film itu, dsb.

Tentang isi filmnya, tidak usah dibahas lagi, hampir semua sudah tahu itu. Kalau dilihat dari isinya, film tersebut dilatarbelakangi dari paranoid seorang Geert Wilders akan perkembangan agama Islam di benua Eropa, khususnya di Belanda. Perkembangan Islam di negara-negara barat sendiri ternyata meningkat pesat justru setelah serangan 9/11 di New York. Dan malah saya baca di blognya mas Ressay, setelah penyebaran Fitna ini ternyata Alquran banyak dicari masyarakat yang ingin tahu tentang Islam yang sebenarnya.

Nah... dari latar belakang itulah, si Geert Wilders bertujuan membuat film ini yang dia ekspresikan pada kalimat terakhir dalam film tersebut. STOP ISLAMISATION!

Reaksinya...? macam-macam tapi yang paling penting saya melihat ada hikmah dibalik ini seperti yang sudah disebut diatas. dan janji Allah SWT terbukti bahwa DIA sendiri yang akan melindungi Al quran.

Wassalam
Abi DavyDiva